Sangat dipahami oleh semua pendidik bahwa anak tunagrahita memiliki IQ jauh di bawah rata-rata normal. Karena IQ di bawah rata- rata inilah mereka dikelompokkan sebagai anak tunagrahita. Treatment yang diberikan kepada anak tunagrahita lebih di fokuskan pada life skill dan kemampuan merawat diri. 70% muatan Pendidikan bagi anak tunagrahita difokuskan pada kedua hal tersebut, selebihnya muatan- muatan akademik tetap diberikan untuk melengkapi kebutuhan hidupnya.
Tuntutan keberhasilan akademik memang bukan murni milik anak tungrahita. Di luar sana, masih ditemukan bagaimana orangtua yang tidak memiliki anak berkebutuhan khusus secara gencar memaksa anak-anak mereka untuk memiliki kemampuan akademik di atas standar kelas. Asumsi yang berkembang bahwa anak- anak akan memiliki kesuksesan hidup jika nilai-nilai akademik mereka tinggi.
Menurut Secapramana memberikan catatan penting untuk dicermati, bahwa kecerdasan akademik sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukkan oleh factor lain. Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan- kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagian hidup.
Sumber : www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar