Rabu, 11 Mei 2011

SHAPING

Memberikan reinforcement pada perilaku yang mendekati. Jika salah satu perilaku yang mendekati telah terbentuk dalam frekuensi yang tinggi, maka terapis menghentikan pemberian reinforcement dan memberikan reinforcement untuk perilaku lain yang mendekati. Shaping biasa disebut “the method of successive approximations”. Shaping merupakan prosedur behavioral untuk membentuk perilaku target dengan cara memberikan reinforcement pada berbagai perilaku yang mendekati, hingga pada akhirnya terbentuk perilaku yang diinginkan (perilaku terget). Ketika perilaku yang mendekati perilaku target muncul, maka akan diberikan reinforcement pada saat yang sama diberikan extinction untuk memadamkan perilaku sebelumnya.
Shaping bisa didefinisikan as development of a new behavior by the successive reinforcement of closer approximations and the extinguishing of preceding approximations of the behavior.
Sebagai contoh, ketika anak diajarkan berbicara, ketika ia mengucap “ma” maka orang tua memberikan reinforcement berupa pelukan atau ciuman, ketika ia berhasil mengucapkan “mama” maka reinforcement di berikan kembali, sedangkan pemberian reinforcement pada “ma” dihilangkan.
Faktor-faktor yang Memperngaruhi Keefektifan Shaping
1. Specifying the Final Desired Behavior
Tahap pertama dalam penerapan shaping adalah mengidentifikasi secara jelas perilaku akhir yang diinginkan, Biasa disebut dengan terminal behavior. Jika terapis dan klien memiliki tujuan perilaku akhir yang berbeda, maka akan menghambat tercapainya kemajuan, karenanya perilaku akhir harus diidentifikasi secara jelas termasuk dalam dimensi yang mana.
2. Choosing a Starting Behavior
Karena reinforcement diberikan pada perilaku yang mendekati target, maka kita harus menentukan starting pointnya. Baik yang similar atau bahkan tidak similar.
3. Choosing the Shaping Steps
Tahap shaping harus ditentukan secara teliti dan jelas. Tidak ada ukuran yang pasti dalam menyusun tahapan shaping. Setelah tahapan shaping ditentukan namun kemajuannya tidak signifikan, maka dapat secara fleksibel berubah.
4. Moving Along at the Correct Pace
Ada beberapa aturan yang dapat diterapkan dalam memberikan reinforcement dalam suatu tahap shaping.
a. Berikan reinforcement paling tidak beberapa kali sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
b. Hindari pemberian reinforcement yang terlalu sering pada tiap tahap. Jika pemberian reinforcement pada satu tahap bertahan dalam waktu yang lama, maka perilaku itu akan menetap secara kuat dan sulit untuk beralih ke tahap selanjutnya.
c. Jika kehilangan salah satu perilaku karena bergerak terlalu cepat, maka kembalilah ke perilaku sebelumnya.
Pittfalls of Shaping
Pada anak-anak dengan kebutuhan khusus, justru perilaku merusak yang diperkuat atau orang tua terkadang tidak responsif dengan kemajuan yang telah dicapai anak karena mungkin pengharapan bahwa jika anak sudah mencapai terminal behavior, barulah ia terlihat hebat.
Guidelines For The Effective Application of Shaping
1. Select the terminal behavior
a. Tentukan perilaku secara spesifik
b. Jika memungkinkan pilih perilaku yang dapat tetap terkontrol oleh natural reinforcer setelah dilakukan prgram shaping
2. Select an appropriate reinforcer
Memilih reinforcer yang sesuai untuk klien
3. The initial plan
a. Buatlah daftar perilaku secara bertahap dimulai dari starting behavior
b. Initial plan biasanya “educated guesses” (tebakan yang cerdas), namun dapat dimodifikasi tergantung dari performance klien
4. Implementing the plan
a. Sebelum dimulai, beritahukan kepada klien tentang rencana yang akan dilakukan
b. Mulai memberikan reinforcement segera setelah starting behavior dilakukan
c. Jangan berpindah ke tahap selanjutnya sebelum klien menguasai perilaku tersebut
d. Jika anda tidak yakin kapan harus meningkat ke tahap selanjutnya, maka majulah ke tahap berikutnya setelah klien mampu memperlihatkan perilaku sebanyak 6 atau 10 kali
e. Jangan memberikan reinforcement terlalu sering atau terlalu jarang pada tiap tahapnya
f. Jika klien tidak lagi mengikuti program, bisa jadi terapis terlalu cepat meningkat ke tahapan berikutnya atau reinforcer tidak efektif
1) Cek kembali reinforcer yang efektif
2) Jika klien menunjukkan kejenuhan, maka kemungkinan tahapannya terlalu singkat
3) Kejenuhan juga dapat terjadi karena pencapaian yang terlalu cepat, maka turun ke tahap sebelumnya dan coba beberapa kali lagi lalu kembali ke tahap semula
4) Jika klien mengalami kesulitan pada satu tahap, maka tambahkan lagi tahapannya berkenaan dengan kesulitannya

sumber :
mata pelajaran modifikasi perilaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar