Senin, 31 Mei 2010

Jenis-jenis terapi :

Jenis-jenis terapi :

• Terapi Perilaku
Berbagai jenis perilaku telah dikembangkan untuk mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus ter¬masuk pe¬nyan¬dang autisme, meng¬urangi perilaku yang tidak lazim dan meng-gantinya de¬ngan perilaku yang bisa di¬terima pada ma¬syarakat. Te¬rapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak-anak ini untuk le¬bih bisa me¬nyesuaikan diri dalam ma-syarakat.
Bukan saja gurunya harus me¬nerapkan terapi perilaku pada saat belajar, na¬mun setiap anggota ke¬luarga di¬rumah harus bersikap sama dan kon¬sisten dalam menghadapi anak-anak de¬ngan kebutuhan khusus ini. Tetapi pe¬rilaku terdiri dari te¬rapi okupasi, tetapi wicara, dan meng¬hilangkan perilaku yang asosial.
• Terapi Okupasi
Sebagian penyandang kelainan pe¬rilaku, terutama autisme juga mem¬pu¬nyai perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila disbanding dengan anak-anak se¬umuranya. Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu me¬ng¬uatkan, memperbaiki koor¬dinasi dan ketrampilan ototnya. Otot jari tangan misalnya sangat penting di¬kuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan me¬lakukan semua hal yang mem¬butuhkan keterampilan otot jari tanganya seperti menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, main piano, dan sebagai¬nya.
• Terapi Wicara
Bagi penyandang autisme yang mempunyai keterlambatan bicara dan ke¬sulitan berbahasa. Speech Therapy adalah suatu keharusan tetapi pelak¬sa¬naan¬nya ha¬rus dengan metode ABA (Applied Beha¬viour Analysis)

• Sosialisasi dengan menghilang¬kan perilaku tak wajar
Untuk menghilangkan pe¬rilaku yang tidak dapat diterima oleh umum, per¬lu dimulai dari kepatuhan dan kontak ma¬ta. Kemudian diberi¬kan pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu barulah anak dapat di¬ajarkan hal-hal yang ber-sangkutan de¬ngan perilaku dan tata kar¬ma, dan se¬bagainya. Agar seluruh pe¬rilaku a¬sosial itu dapat ditekan, maka pen¬ting sekali di¬perhatikan bahwa anak juga jangan sampai dibiarkan sendirian, tetapi harus selalu ditemani secara interaktif. Seluruh waktu pada saat anak ba¬ngun perlu diisi dengan kegiatan in¬teraktif, baik yang ber¬sangkutan dengan akademik, Bantu diri, keterampilan mo¬torik, sosia¬lisasi, dan lain-lain. Jangan lupa sedia-kanlah dan berikanlah imbalan yang efektif.
• Terapi Biomedik (obat, vitamin, mineral, food supplement)
Obat-obatan juga dipakai ter¬utama untuk penyandang autisme, tetapi sifat¬nya sangat individual dan perlu berhati-hati. Dosis dan jenisnya sebaiknya di¬serahkan kepada dokter spesialis yang memahami dan mem¬pelajari autisme (biasanya dokter spesialis jiwa anak).
• Sosialisasi ke sekolah regular
Di lingkungan sekolah reguler anak-anak ini dapat dilatih untuk ke¬mampuan berkomunikasi dengan anak-anak se¬bayanya. Sedangkan materi aka¬demiknya jika mengalami kesulitan, tetap dapat di¬ajarkan secara one on one. perlu diingat pula bahwa bagi anak yang autisme yang masuk sekolah reguler harus di “bayangi” terus oleh shadower atau helper atau prompter.
• Sekolah Khusus
Di dalam pendidikan khusus ini beiasanya telah diterapkan terapi pe¬rilaku, terapi wicara, dan terapi okupasi. Pe¬nerapan ramuan tersebut merupakan kelompok-kelompok ma¬teri dan aktivitas yang diberikan de¬ngan metode Lovaas. Pendidikan anak dengan kebuthan khusus tidak dapat disamakan dengan pen¬didikan nor¬mal atau regular, karena ke¬lainan¬nya sangat bervariatif dan usia me¬reka juga berbeda-beda.
Namun menurut Hembing, faktor utama kesembuhan anak sa¬ngat di¬pe¬ngaruhi peran orang tua. Orang tua anak penderita autisme di¬tuntut lebih banyak tahu dan lebih bersahabat dengan anak. Cara ini bisa mempercepat proses pe¬nyembuhan (Alia dalam Kasih, 2006).

Sumber : www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar